Selasa, 01 September 2015

KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DAN ANAK REMAJA

KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DAN ANAK REMAJA

A.   Pengertian Komunikasi

Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia dan masyarakat. Aktivitas komunikasi dapat dilihat pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia yaitu sejak dari bangun tidur sampai manusia beranjak tidur pada malam hari. Bisa dipastikan sebagian besar dari kegiatan kehidupan kita mengunakan komunikasi baik komunikasi verbal maupun nonverbal. Namun, apa yang dimaksud dengan komunikasi itu sendiri ?
Berikut ini pengertian menurut para ahli:
ü  Gerald R. Miller
Komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk memengaruhi perilaku mereka.
ü  Everett M. Rogers
Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

ü  Carl I. Hovland
Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya dengan menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain.

B.    Tujuan Komunikasi
a.    Dalam masyarakat
              Hewitt (1981), menjabarkan tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik sebagai berikut:
1.    Mempelajari atau mengajarkan sesuatu
2.    Mempengaruhi perilaku seseorang
3.    Mengungkapkan perasaan
4.    Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain
5.    Berhubungan dengan orang lain
6.    Menyelesaian sebuah masalah
7.    Mencapai sebuah tujuan
8.    Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik
9.    Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orng lain

b.    Dalam keluarga (Orang tua-anak)
1.    Membangun hubungan yang harmonis dengan remaja
2.     Membentuk suasana keterbukaan dan mendengar
3.     Membuat remaja mau bicara pada saat mereka menghadapi masalah
4.     Membuat remaja mau mendengar dan menghargai orang tua dan orang
dewasa saat mereka berbicara
5.     Membantu remaja menyelesaikan masalah yang mereka hadapi

C.   Komunikasi antara orang tua dan anak (remaja)
Komunikasi antara orang tua dan anak sangatlah penting bagi perkembangan jiwa dan pembentukan jati diri seorang anak. Menurut Henny, jika orangtua tidak merasa nyaman maka orangtua juga tidak akan bisa menumbuhkan rasa nyaman pada anak. Padahal rasa nyaman penting untuk melaksanakan komunikasi. Oleh sebab itu orangtua haruslah mampu berkomunikasi dengan baik terhadap anaknya, agar tidak terjadi kesalahpahaman serta dapat terjalin hubungan yang baik antara orang tua dan anak. Bentuk komunikasi orang tua dan anak tidak hanya berwujud pembicaraan antara orang tua dan anak saja tetapi juga gerak-gerik fisik orang tua atau sikap dan perasaan orang            tua      terhadap        anak.
Dengan adanya bentuk komunikasi yang beragam, orang tua haruslah bijak dalam berbicara dan bertingkah laku, karena semua yang dilakukan oleh orang tua tanpa disadari akan di contoh oleh anaknya. Banyak anak akan disiplin dalam dalam semua kehidupannya karena mereka mencontoh perilaku orang tuanya, hal ini mereka dasari dari mencontoh dan melihat, tidak sekedar orang tua menyuruh dalam memberi suatu perintah kepada anaknya. Sikap saling menghargai antara orang tua dan anak akan memberi nilai lebih pada keluarga dan lingkungannya dan komunikasi yang efektif akan menjadi jembatan yang bernilai lebih antara orang tua dan anak-anaknya.
Dengan adanya komunikasi yang baik dan terarah, orang tua dapat mendidik anak-anaknya dengan lebih bijak dan memberikan kebebasan berkreatifitas kepada mereka agar mereka dapat berkembang cemerlang menjadi dirinya sendiri di masa depan.

a.    Kiat/Cara berkomunikasi dengan anak (remaja)
1.    Dengarkan
ü  Terima anak apa adanya
ü  Perhatikan ungkapan, gerakan-gerakan,pernyataan, nada suara
ü  Sabar, mau mendengar keluhan
ü  Jangan memutus pembicaraan

2.    Pahami
ü  Dorong remaja untuk mengekspresikan perasaan
ü  Pahami apa yang dirasakan, dipikirkan, dicemaskan remaja
ü  Bantu remaja untuk dapat memahami masalah sesuai sudut pandang remaja
ü  Gunakan bahasa tubuh (tatapan mata, belaian)

3.    Mendengar Aktif
Dengan mendengar aktif orang tua dapat menyampaikan pemahamannya dengan belajar menjadi ‘Cermin (paraphrasing)/memantulkan kembali’ perasaan dan mengulangi inti pesan yang diungkapkan remaja.

Manfaat Menjadi cermin:
  • Remaja merasa didengar: perasaan dirinya penting dan berharga
  • Remaja juga akan mau mendengar orang tua : Terjalin kerja sama
  • Merangsang remaja berbicara dan mengungkapkan masalahnya
  • Orang tua dengan tepat dapat paham apa yang sebenarnya dirasakn anaknya
  • Menumbuhkan keakraban atau kehangatan
  • Remaja akan mudah menerima dan memahami orang lain 


4.    Gunakan “pesan saya” bukan “pesan kamu”
Pesan Saya adalah tehnik komunikasi untuk menyampaikan bagaimana perasaan kita orang tua sebagai akibat dari tindakan atau perilaku anak yang bermasalah.  Sedangkan “Pesan Kamu” adalah tekhnik komunikasi yang dalam penyampaiannya membuat anak merasa disalahkan dan diceramahi.  Untuk membedakan ‘Pesan saya’ dan ‘pesan Kamu’, simak ilustrasi berikut.

Ibu masuk kek kamar anak dan melihat kamar sangat berantakan, buku berserakkan, mainan bertebaran, pakaian bergantungan dimana-mana. Si anak sendiri sedang asyik membaca komik ditempat tidur tanpa terganggu dengan keadaan kamar.

Pesan kamu : “Ya ampun, kakak, kok malah asyik baca komik… Coba lihat kamarmu berantakan gini, sudah dibilingai berkali-kali… kamar itu mesti rapi. Kamu kok gak dengerin ibu sih!”

Pesan saya : “kakak… ibu tuh merasa kesal kalau melihat kamarmu berantakan begini karena jadi kelihatan sumperk, kotor dan terutama bisa jadi sarang nyamu”

  
b.    Cara yang salah dalam berkomunikasi dengan anak (remaja)

 1. Menyalahkan

"Kamu malas, sih, Mama pusing jadinya!" Pernyataan negatif ini bisa menjadi masalah baru atas apa yang sesungguhnya ingin Anda selesaikan. Jika Anda ingin ia membereskan kamar tidur dengan cara menyalahkan, sama halnya memperhebat pertengkaran lebih dari sekadar kamar yang tak beres. Bahkan kini, karakternya menjadi rusak karena telah diperdebatkan.
Sebaiknya, Anda coba hindari berkata, "Mama merasa kamu ...!" Atau, "Mama harap kamu ...!" Tapi cobalah katakan, "Mama berharap kita setuju dan konsisten dengan keputusan kita. Menurutmu, bisakah kita melakukannya?"

2. Menyindir

"Kamu itu bodoh banget sih, masa begini saja tidak bisa" Hindari sindiran seperti ini karena akan sama saja dengan melempar minyak ke arah api, bukan memadamkannya. 

3. Menyangkal pentingnya perasaan orang lain

Orang tua kerap berkata, "Mama tahu apa yang kamu rasakan, tapi ..." Padahal, Anda tak tahu apa yang dirasakan sang anak. Atau, mungkin Anda memang tahu tapi menyangkal kesempatan anak remaja Anda untuk menyatakan apa yang dirasakannya, dan justru memperlihatkan padanya, Anda tahu semuanya dan tak mau mendengar.

4. Sarkasme

"Ini memang pintar untuk dilakukan, tapi apakah perlu kamu lakukan?" Kata-kata ini memberi kesan meremehkan, dan menghambat komunikasi lebih lanjut.

5. Membicarakan hal yang sudah lewat

"Dan satu lagi, kamu juga memperlakukan adikmu sangat buruk pada piknik tahun lalu." Atau "Dan ingat, bagaimana dulu kamu merusak sweater Mama yang kamu pinjam?" Anda tak bisa langsung memperbaiki semua masalah di saat yang sama. Melemparkan terlalu banyak masalah dan membawanya ke pembicaraan baru hanya memastikan, Anda tak membahas permasalahan secara jelas.

6. Membuat menangis

"Jangan mulai menangis, atau nanti Mama kasih kamu sesuatu yang betul-betul akan membuat kamu tambah menangis!" Seringkali orang tua berkata demikian. Tapi, menangis adalah respons sebenarnya atas beberapa situasi. Anak remaja yang menangis di depan orang tuanya memperlihatkan rasa sakit hati atau penderitaannya. Hal ini tentu tak mudah bagi kedua pihak, jadi hormatilah perasaan sedih anak remaja Anda.

7. Ceramah

Penggunaan kata-kata, "Harus begini!" atau "Jangan begitu!" kepada anak remaja memberi kesan Anda sedang berceramah. Hal ini akan menghentikan komunikasi antara Anda dengannya. Sebaiknya, cobalah memberi kesan mengajar, bukan menceramahi.

8. Memberi perintah

Kegagalan yang umum dilakukan orang tua adalah menyuruh anak remaja dengan nada memerintah misalnya, "Bersihkan kamarmu!" atau "Cepat berpakaian!" atau "Jangan terlambat bangun!" Cara ini justru membuat anak jadi tak mempedulikan Anda.

9. Mengganggu

Seperti sarkasme, mengganggu atau menyindir anak remaja akan memberi kesan, Anda meremehkannya. Bila mengganggu menjadi suatu kebiasaan, justru akan menjadi masalah, dan tak akan menyelesaikannya.

10. Berlebihan


"Bereskan kamarmu! Jika tidak, kamu tak akan punya rumah. Tidur saja di emperan!" atau "Kamu memang tak pernah bisa melakukan apa-apa ya?" Anda hanya membesar-besarkan masalah, yang mengakibatkan terhambatnya Anda dalam menyelesaikan masalah.